Sabtu, 14 November 2015

KUMPULAN CERPEN KARYA ANAK BANGSA

   "SEBUAH TANDA TANYA"
Part 2
By Created "Yaman"
Seiring berjalannya waktu, perubahan dia tak lagi aku pertanyakan meskipun prey sudah tak lagi menganggap adanya persahabatn ini, tetapi Jeni akan selalu menganggap dia sahabat yang setia, baik ,dan is't the best.
Bagai kata-kata "mati satu tumbuh seribu" kehidupanku, setelah menghilangnya sahabat yang aku anggap keluarga kini kini aku mempunyai beberapa sahabat terbaik, menghilangnya prey bagaikan robohnya benteng yang menghalangi aku bersahabat dengan yang lain.
Dika dialah salah satu dari sekian banyak sahabat yang aku punya saat ini, laki-laki kecil, keturunan betawi, mungkin diantara sahabat sahabatku yang lain Dika lah yang paling Solid, baik, dan menyenangkan.
Pagi itu matahari begitu semangatnya muncul memancarkan sinarnya, hamparan langit begitu biru diatas atap kepalaku , 
"tok.............tuk...........tok.........." bunyi suara telepon genggamku "jeni,,, jadi gak kerumahmu sekarang" pesan singkat yang muncul dilayar kecil itu.
"jadi dong,,, sekarang saya siap siap dulu" balas aku 
"Boleh lah :D".
Matahari berjalan begitu cepatnya menuju tengah tengah bumi, dika pun datang dengan si jagur menjemputku "jeni cepatlah udah jam 10 nih entar keburu panas "
"ya bentar". 
Dengan rasa bahagia aku ingin cepat-cepat sampai dikampung halaman ku, bertemu ayah ibu dan sanak sodara,,, seruan tuhan sudah kedengar dari depan, samping dan belakang, kami pun bergegas mencari sebuah rumah tuhan.
"Dik... shalat dulu" sebuah roda 2 dan 4 banyak yang terdiam membisu didepan rumah tuhan itu "disini saja parkirnya sebelah sana penuh". Guyuran cairan putih bening membasahi wajah kami, lantunan doa membasahi bibir kami, alunan takbir aku kumandangkan pertanda aku memulai menghadap sangkuasa, himgga akhirnya aku dengar "Assalamualikum " Kedua tangan pun kena dimuka ku yang sudah kering.
Perjalanan kami pun berlanjut, hingga sampai dititik mulut perjalanan menuju gunung pedesaan, "kesini kan jalannya" ungkap dika
 "yah aku turun saja takut jatuh,, emang kamu bisi kemiringan hampir 85 derajat" 
"diam saja gini gini juga penerus LorenZo hee"
Denyutan operan gigi itu sangat kerasa aku rasakan, dan akhirnya "jen.... kamu gak apa-apa"
"gak cuma sakit tangan saja"
"yah sukur aku juga no lecet lah,, tapi si Jagur pecah kacanya"
kami pun terjatuh dari motor, maklumlah karena dika belum lihat kejalan gunung, kami pun melanjutkan perjalanan dan sampailah di gubuk kecil, sederhana namun penuh keramaian dan kebahagiaan .
BERSAMBUNG......
Next part 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar